#EGSAFAIR2013

Sabtu, 14 April 2012

Erosi di Perbukitan Menoreh


Lahan–lahan di Indonesia merupakan hutan tropika yang sangat subur dan lebat yang dapat kita jumpai dimana–mana dan memberikan manfaat banyak bagi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan bertambahnya penduduk menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan tersebut manusia menggunakan lahan sebagai sumbernya maka terjadilah penggunaan lahan yang diolah secara benar maupun secara serampangan tanpa kemampuan lahan yang terbatas dan akibat yang akan ditimbulkannya (Supli Effendi Rahim, 2000). Akibat dari penggunaan lahan yang tidak tepat dan merupakan salah satu proses geomorfologi yang bekerja dari satuan bentuk adalah terjadinya erosi.

Erosi adalah terlepasnya lapisan-lapisan atau partikel–partikel tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh tenaga geologi meliputi air dan angin (Sitanala Arsyad, 1989). Menurut bentuknya, erosi ada lima antara lain erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit dan erosi tebing sungai. Menurut prosesnya, erosi dibagi menjadi dua yaitu erosi alami adalah proses pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadan vegetasi alami tanpa adanya campur tangan manusia dan erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah, sehingga membutuhkan waktu cukup lama (Sitanala Arsyad, 1989). Pada kenyataaannya erosi pasti akan berlangsung baik di dataran dengan topografi miring ataupun bertopografi datar hanya saja ada batasan tentang laju eosi yang diperbolehkan (Edp). Laju erosi tanah yang diperbolehkan secara sederhana dinyatakan sebagai suatu laju yang tidak boleh melebihi laju pembentukan tanah (Supli Efendi Rahim, 2000). Di mana untuk setiap negara laju erosi tanah yang diperbolehkan sangat tergantung pada profil lereng dan tingkat kesuburan tanah itu sendiri. Secara umum Edp (Erosi yang diperbolehkan) untuk kebanyakan tanah di Indonesia adalah 2,5 mm/tahun atau setara dengan 25 ton/ha/tahun untuk lahan perbukitan atau miring (Supli Efendi Rahim, 2000).

Secara Geologi wilayah perbukitan Menoreh didominasi batuan vulkan berumur tersier sehingga tingkat kesuburan tanah relatif tinggi. Tanah yang berkembang meliputi tanah jenis litosol coklat, litosol dan regosol kelabu, andosol coklat, komplek andosol kelabu tua dan litosol. Perbukitan Menoreh mempunyai erosi yang terdiri dari erosi alur, erosi percik erosi parit dan erosi lembar. Keberadaan suatu wilayah tidak bisa terlepas dari adanya potensi bencana alam, sehingga harus siap pula untuk menghadapi bencana tersebut. Indonesia memiliki kondisi alam yang tergolong rawan terhadap bencana-bencana seperti gempa, tsunami, dan longsor. Namun bencana yang hampir terjadi pada setiap wilayah di Indonesia adalah bencana longsor, karena sekitar 45% luas lahan di Indonesia adalah lahan pegunungan berlereng yang peka terhadap longsor dan erosi. Hal ini merupakan hambatan sekaligus tantangan bagi perencanaan wilayah mengingat sebagaian besar wilayah kabupaten atau kota di Indonesia memiliki kawasan pegunungan. Namun kelerengan bukanlah penyebab utama longsor di Indonesia, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor dan erosi adalah faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang utama adalah kelerengan, curah hujan, dan geologi. Sedangkan faktor manusia adalah semua tindakan manusia yang dapat mempercepat terjadinya erosi dan longsor.

Sebagian besar penduduk telah menempati lahan berupa pegunungan dikarenakan faktor kesuburan tanah dan hasil bumi yang ada. Adanya rawan bencana longsor pada suatu wilayah akan menghambat pembangunan wilayah karena perencanaan yang ada bersifat mubazir yaitu apabila dilakukan suatu pembangunan, maka beresiko untuk mengalami kehancuran akibat bencana longsor yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Terkecuali jika perencanaan yang ada memperhatikan kondisi kawasan rawan longsor sebagai pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Karena, disadari atau tidak bencana serupa dapat terjadi di masa depan dan pada kenyataannya tidak dapat dihindari besarnya dampak yang ditimbulkan akibat bencana longsor, terutama korban jiwa, kerusakan fasilitas umum dan kerugian materi lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar