Berdasarkan hasil studi lapangan, diketahui bahwa pada pesisir Kabupaten Wonogiri terdapat tiga macam tipologi pesisir. Tiga macam tipologi pesisir tersebut adalah wave erosion coasts, warine deposition coasts dan structurally shaped coast.
Tipologi wave erosion coast terdapat pada Tanjung Nglojo dan Pantai Kali Merah. Tipologi ini ditandai dengan keberadaan stack berupa batuan-batuan dengan berbagai ukuran yang berasal dari dinding pantai (cliff). Selain itu, tipologi ini nampak dengan ciri-ciri seperti bentuk pantai yang berliku atau terjal tidak teratur, dan material pantai didominasi material pasir. Dinamika pantai yang terjadi pada daerah ini adalah erosi oleh gelombang (abrasi). Meskipun demikian, karena material penyusun batuan di wilayah ini adalah batuan gamping yang keras, maka abrasi tidak sampai pada tingkat membahayakan. Selain itu, pada tipologi ini letak sarana dan prasarana sangat jauh atau bahkan tidak ada sehingga tingkat risikonya tidak ada
.
Tipologi marine deposition coast terletak pada Pantai Sempu, Pantai Ngrokoh, Pantai Sembukan dan Pantai Kloto. Tipologi ini ditandai dengan adanya gisik pantai yang merupakan akumulasi material sedimen marin oleh arus ataupun gelombang. Pesisir dengan tipologi ini terletak pada suatu teluk sehingga disebut juga memiliki gisik kantong. Dinamika pesisir yang terjadi pada tipologi ini adalah pengendapan material sedimen marin. Material ini berupa pasir pantai kasar dan material bioklastis yang terbentuk dari sisa dari hewan atau tumbuhan laut.
Tipologi yang ketiga adalah tipologi structurally shaped coast, yang ditemukan di Tanjung Kinjingan. Tipologi ini ditandai dengan adanya pantai yang ten banyak dijumpai cliff, terdapat kenampakkan struktural berupa patahan yang nampak sebagai dinding yang tegak dan lurus memanjang, dijumpai beberapa notch dan sea cave pada cliff dan tidak dijumpai stack. Dinamika pesisir yang terbentuk pada tipologi ini adalah abrasi. Sepertihalnya pada tipologi wave erosion coast, proses abrasi pada tipologi ini tergolong tidak membahayakan.
Potensi Wilayah Kepesisiran Kabupaten Wonogiri
Berdasarkan pada potensi pesisir yang telah dirumuskan oleh Gunawan (2005), diketahui bahwa masing-masing tipologi pesisir akan memiliki beberapa potensi yang berbeda-beda.
a. Potensi untuk Pariwisata
Masing-masing tipologi pesisir memiliki potensi dijadikan tempat wisata, mengingat masing-masing tipologi pantai memiliki karakteristik yang unik yang layak ditawarkan sebagai objek wisata. Tipologi Structurally Shaped Coast dan wave erosion coast memiliki kenampakkan laut lepas yang luas. Selain itu tipologi ini pada beberapa tempat memungkinkan untuk digunakan sebagai arena panjat tebing.
Tipologi pesisir dengan tipe Marine deposition coast memiliki gisik pantai yang dapat digunakan sebagai arena tempat bermain, jala-jalan dan beberapa aktifitas lain yang dapat dilakukan selama berwisata. Selain itu, letak tebing yang tepat berada di belakang gisik pantai memungkinkan wasatawan dapat menikmati panorama laut lepas dan gisik pantai dari atas.
b. Potensi untuk Perikanan
Potensi perikanan laut sangat dipengaruhi oleh keberadaan umbalan (upwelling) yang terjadi. Umbalan merupakan suatu proses penaikan massa air laut dari bawah menuju kepermukaan laut yang menyebabkan terjadinya mekanisme pemupukan air laut secara alami karena zat-zat hara yang terendapkan di dasar laut naik dan menyebabkan akumulasi plankton pada bagian permukaan.
Nontji (1987) dalam Sunarto, dkk (1997) menyebutkan bahwa umbalan (upwelling) ada tiga macam jenis, yaitu umbalan tetap, umbalan berkala dan umbalan silih berganti. Umbalan tetap terjadi sepanjang tahun, meskipun intensitasnya dapat berubah-ubah. Umbalan berkala terjadi selama satu musim saja. Sedangkan umbalan silih berganti terjadi secara bergantian dengan penenggelaman massa air.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, termasuk penelitian yang dilakukan oleh Notji (1987) dalam Sunarto dkk (1997), diketahui bahwa lepas pantai selatan Wonogiri bahkan seluruh lepas pantai di selatan Jawa terjadi umbalan berkala yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan September. Meskipun demikian, relief dasar laut di sekitar pantai tidak semua memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat pendaratan kapal. Hasil survei lapangan menujukkan bahwa hanya ada satu pantai yang dapat digunakan sebagai tempat pendaratan kapal nelyan, yaitu Pantai Kloto yang saat ini telah dibangun menjadi pelabuhan ikan.
c. Potensi untuk Peternakan
Peternakan yang paling potensial untuk dikembangkan pada wilayah pesisir Wonogiri adalah budididya sarang burung walet. Budidaya ini sebernanya dapat dikembangkan hampir pada semua wilayah pesisir Kabupaten Wonogiri mengingat banyak terdapat cliff , notch serta sea cave. Meskipun demikian, budidaya sarang burung walet baru dilakukan di Pantai Ngrokoh, yakni pada tebing yang menghadap ke laut. Jenis peternakan yang lain seperti peternakan kambing, sapi atau ayam sangat sulit untuk dilakukan di pesisir Kabupaten Wonogiri mengingat ketersediaan sumberdaya air yang terbatas.
d. Potensi untuk Pertanian
Pertanian yang terdapat pada wilayah pesisir Wonogiri berupa tegalan yang ditanami palawija dan sawah tadah hujan pada beberapa cekungan-cekungan antar bukit karst. Lahan di wilayah ini memilikin potensi yang sangat rendah dengan produktivitas kacang tanah kurang dari 2 ton/ha/tahun dan produksi ketela pohon kurang dari 4 ton/ha/tahun.
Kemampuan lahan pada wilayah pesisir Wonogiri menurut Sunarto dkk (1997) adalah kelas kemampuan VII dan VIII yang berarti bahwa daerah ini tidak dapat digarap atau digunakan sebagai lahan pertanian karena memilki kemiringan lerang lebih dari 20%, solum tanah sangat dangkal, dan kesuburan tanah rendah sehingga hanya cocok sebagain hutan konservasi dan kawasan lindung.
Permasalahan Wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri
Permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor alami dan non-alami yang menyebabkan efek negatif sehingga mengurangi nilai positif dari masing-masing potensi yang dimiliki oleh setiap tipologi pesisir Kabupaten Wonogiri. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
a. Kurangnya sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin kepuasan pengunjung atau wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di suatu objek wisata. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan, diketahui bahwa pantai yang memiliki sarana dan prasarana yang paling memadai hanya Pantai Sembukan, Pantai Nampu memiliki sarana dan prasarana yang kurang lengkap dan tidak terawat sedangkan pesisir yang lain bahkan tidak memiliki sarana dan prasarana.
b. Aksesibilitas yang rendah
Aksesibilitas menunjukkan derajat keterjangkauan suatu wilayah. Aksesibilitas menjadi sangat penting mengingat tidak semua determinan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu wilayah dapat dipenuhi oleh suatu wilayah tersebut secara mandiri. Ada enam determinan pembangunan wilayah, yaitu modal, tenaga kerja, sumberdaya alam, peralatan produksi dan pasar. Aksesibilitas yang baik akan meyebabkan suatu daerah semakin cepat berkembang karena enam determinan yang dibutuhkan dengan mudah bisa diperoleh. Artinya bahwa aksesibilitas memiliki peran menyediakan enam determinan pembangunan wilayah tersebut, atau paling tidak menjadikan enam determinan pembangunan wilayah tersebut semakin dekat.
Hasil survey lapangan di wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahw aksesibilitas ke beberapa pntai masih sangat rendah. Jalan di wilayah ini sempit, kondisinya kurang baik serta memiliki banyak tikungan tajam (berkelok-kelok), serta memiliki banyak tajakan. Sementara itu, tidak semua Wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri dapat diakses dengan kendaraan bermotor, hal ini karena beberapa tempat hanya dapat diakses dengan melalui jalan setapak saja. Beberapa pantai yang dapat diakses dengan kendaraan bermotor adalah Pantai Nampu, Pantai Sembukan dan Pantai Kloto.
Selain masalah jalan, keberadaan angkutan umum juga menjadi kendala aksesibilitas di wilayah ini. Saat ini belum ada angkutan umum yang menjangkau wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri, mengingat permukiman memang terletak jauh dari wilayah kepesisiran. Angkutan umum hanya melayani tujuan-tujuan tertentu dengan waktu-waktu tertentu seperti pada saat hari pasar dan jam-jam berangkat dan pulang sekolah.
c. Tsunami
Tsunami adalah suatu gelombang atau rangkaian gelombang yang dihasilkan oleh bidang patah vertikal pada kolom air secara mendadak. Tsunami biasanya didahului dengan terjadinya gempa bumi pata bagian yang mengalami disposisi. Zona penunjaman di selatan Pulau Jawa merupakan daerah yang rawan terjadi gempa bumi yang dapat menimbulkan terjadinya tsunami. Wilayah lepas pantai Wonogiri termasuk pada zona seismic gap yang memungkinkan terjadinya gempa yang sangat besar sehingga kemungkinan terjadinya tsunami juga sangat besar. Peristiwa gempa besar yang pernah terjadi adalah gempa yang terjadi pada tahun 1973 dengan magnitude 7,0 – 7,9 pada skala richter. Oleh karena itu, maka perencanaan pembangunan wilayah pesisir harus dilakukan dengan pembangunan berbasis bencana baik dalam bentuk prevensi ataupun mitigasi bencana.
d. Arus Balik (Rip Curent)
Arus balik atau rip current adalah aliran balik terkonsentrasi melewati jalur sempit yang mengalir kuat kea rah laut dari zona empasan melintasi gelombang pecah hingga ada di laut lepas-pantai (Sunarto, 2003). Keterdapatan arus balik dipengaruhi oleh topografi lepas pantai yang umumnya terdapat di perairan pantai dengan tinggi gelombang pecah yang rendah dan di perairan dekat pantai yang mengalami pemencara gelombang akibat refraksi gelombang. Arus balik ini sering terjadi pada tipologi marine deposition coast yang memiliki bentuk teluk sehingga cukup berbahaya bagi wisatawan karena dapat menyeret ke tengah laut.
e. Jumlah sumberdaya air yang terbatas
Sumberdaya air menjadi faktor yang penting bagi suatu kegiatan ekonomi khususnya pertanian, peternakan bahkan pariwisata. Ketiadaan sumberdaya air atau jumlah yang telalu sedikit menyebabkan kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan air untuk menunjang kegiatan-kegiatan di atas.
Tipologi wave erosion coast terdapat pada Tanjung Nglojo dan Pantai Kali Merah. Tipologi ini ditandai dengan keberadaan stack berupa batuan-batuan dengan berbagai ukuran yang berasal dari dinding pantai (cliff). Selain itu, tipologi ini nampak dengan ciri-ciri seperti bentuk pantai yang berliku atau terjal tidak teratur, dan material pantai didominasi material pasir. Dinamika pantai yang terjadi pada daerah ini adalah erosi oleh gelombang (abrasi). Meskipun demikian, karena material penyusun batuan di wilayah ini adalah batuan gamping yang keras, maka abrasi tidak sampai pada tingkat membahayakan. Selain itu, pada tipologi ini letak sarana dan prasarana sangat jauh atau bahkan tidak ada sehingga tingkat risikonya tidak ada
.
Gambar 4.1 Tipologi wave erosion coast yang ditandai dengan keberadaan stack (ditunjuk garis merah) |
Gambar 4.2 Pantai Nampu sebagai salah satu contoh Marine Deposition Coast |
Gambar 4.3 Tanjung Krinjingan sebagai contoh Structurally Shaped Coast |
Berdasarkan pada potensi pesisir yang telah dirumuskan oleh Gunawan (2005), diketahui bahwa masing-masing tipologi pesisir akan memiliki beberapa potensi yang berbeda-beda.
a. Potensi untuk Pariwisata
Masing-masing tipologi pesisir memiliki potensi dijadikan tempat wisata, mengingat masing-masing tipologi pantai memiliki karakteristik yang unik yang layak ditawarkan sebagai objek wisata. Tipologi Structurally Shaped Coast dan wave erosion coast memiliki kenampakkan laut lepas yang luas. Selain itu tipologi ini pada beberapa tempat memungkinkan untuk digunakan sebagai arena panjat tebing.
Tipologi pesisir dengan tipe Marine deposition coast memiliki gisik pantai yang dapat digunakan sebagai arena tempat bermain, jala-jalan dan beberapa aktifitas lain yang dapat dilakukan selama berwisata. Selain itu, letak tebing yang tepat berada di belakang gisik pantai memungkinkan wasatawan dapat menikmati panorama laut lepas dan gisik pantai dari atas.
b. Potensi untuk Perikanan
Potensi perikanan laut sangat dipengaruhi oleh keberadaan umbalan (upwelling) yang terjadi. Umbalan merupakan suatu proses penaikan massa air laut dari bawah menuju kepermukaan laut yang menyebabkan terjadinya mekanisme pemupukan air laut secara alami karena zat-zat hara yang terendapkan di dasar laut naik dan menyebabkan akumulasi plankton pada bagian permukaan.
Nontji (1987) dalam Sunarto, dkk (1997) menyebutkan bahwa umbalan (upwelling) ada tiga macam jenis, yaitu umbalan tetap, umbalan berkala dan umbalan silih berganti. Umbalan tetap terjadi sepanjang tahun, meskipun intensitasnya dapat berubah-ubah. Umbalan berkala terjadi selama satu musim saja. Sedangkan umbalan silih berganti terjadi secara bergantian dengan penenggelaman massa air.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, termasuk penelitian yang dilakukan oleh Notji (1987) dalam Sunarto dkk (1997), diketahui bahwa lepas pantai selatan Wonogiri bahkan seluruh lepas pantai di selatan Jawa terjadi umbalan berkala yang terjadi pada Bulan Mei sampai dengan Bulan September. Meskipun demikian, relief dasar laut di sekitar pantai tidak semua memungkinkan untuk digunakan sebagai tempat pendaratan kapal. Hasil survei lapangan menujukkan bahwa hanya ada satu pantai yang dapat digunakan sebagai tempat pendaratan kapal nelyan, yaitu Pantai Kloto yang saat ini telah dibangun menjadi pelabuhan ikan.
c. Potensi untuk Peternakan
Peternakan yang paling potensial untuk dikembangkan pada wilayah pesisir Wonogiri adalah budididya sarang burung walet. Budidaya ini sebernanya dapat dikembangkan hampir pada semua wilayah pesisir Kabupaten Wonogiri mengingat banyak terdapat cliff , notch serta sea cave. Meskipun demikian, budidaya sarang burung walet baru dilakukan di Pantai Ngrokoh, yakni pada tebing yang menghadap ke laut. Jenis peternakan yang lain seperti peternakan kambing, sapi atau ayam sangat sulit untuk dilakukan di pesisir Kabupaten Wonogiri mengingat ketersediaan sumberdaya air yang terbatas.
d. Potensi untuk Pertanian
Pertanian yang terdapat pada wilayah pesisir Wonogiri berupa tegalan yang ditanami palawija dan sawah tadah hujan pada beberapa cekungan-cekungan antar bukit karst. Lahan di wilayah ini memilikin potensi yang sangat rendah dengan produktivitas kacang tanah kurang dari 2 ton/ha/tahun dan produksi ketela pohon kurang dari 4 ton/ha/tahun.
Kemampuan lahan pada wilayah pesisir Wonogiri menurut Sunarto dkk (1997) adalah kelas kemampuan VII dan VIII yang berarti bahwa daerah ini tidak dapat digarap atau digunakan sebagai lahan pertanian karena memilki kemiringan lerang lebih dari 20%, solum tanah sangat dangkal, dan kesuburan tanah rendah sehingga hanya cocok sebagain hutan konservasi dan kawasan lindung.
Permasalahan Wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri
Permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor alami dan non-alami yang menyebabkan efek negatif sehingga mengurangi nilai positif dari masing-masing potensi yang dimiliki oleh setiap tipologi pesisir Kabupaten Wonogiri. Beberapa permasalahan tersebut adalah:
a. Kurangnya sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin kepuasan pengunjung atau wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di suatu objek wisata. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan, diketahui bahwa pantai yang memiliki sarana dan prasarana yang paling memadai hanya Pantai Sembukan, Pantai Nampu memiliki sarana dan prasarana yang kurang lengkap dan tidak terawat sedangkan pesisir yang lain bahkan tidak memiliki sarana dan prasarana.
b. Aksesibilitas yang rendah
Aksesibilitas menunjukkan derajat keterjangkauan suatu wilayah. Aksesibilitas menjadi sangat penting mengingat tidak semua determinan yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu wilayah dapat dipenuhi oleh suatu wilayah tersebut secara mandiri. Ada enam determinan pembangunan wilayah, yaitu modal, tenaga kerja, sumberdaya alam, peralatan produksi dan pasar. Aksesibilitas yang baik akan meyebabkan suatu daerah semakin cepat berkembang karena enam determinan yang dibutuhkan dengan mudah bisa diperoleh. Artinya bahwa aksesibilitas memiliki peran menyediakan enam determinan pembangunan wilayah tersebut, atau paling tidak menjadikan enam determinan pembangunan wilayah tersebut semakin dekat.
Hasil survey lapangan di wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahw aksesibilitas ke beberapa pntai masih sangat rendah. Jalan di wilayah ini sempit, kondisinya kurang baik serta memiliki banyak tikungan tajam (berkelok-kelok), serta memiliki banyak tajakan. Sementara itu, tidak semua Wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri dapat diakses dengan kendaraan bermotor, hal ini karena beberapa tempat hanya dapat diakses dengan melalui jalan setapak saja. Beberapa pantai yang dapat diakses dengan kendaraan bermotor adalah Pantai Nampu, Pantai Sembukan dan Pantai Kloto.
Selain masalah jalan, keberadaan angkutan umum juga menjadi kendala aksesibilitas di wilayah ini. Saat ini belum ada angkutan umum yang menjangkau wilayah kepesisiran Kabupaten Wonogiri, mengingat permukiman memang terletak jauh dari wilayah kepesisiran. Angkutan umum hanya melayani tujuan-tujuan tertentu dengan waktu-waktu tertentu seperti pada saat hari pasar dan jam-jam berangkat dan pulang sekolah.
c. Tsunami
Tsunami adalah suatu gelombang atau rangkaian gelombang yang dihasilkan oleh bidang patah vertikal pada kolom air secara mendadak. Tsunami biasanya didahului dengan terjadinya gempa bumi pata bagian yang mengalami disposisi. Zona penunjaman di selatan Pulau Jawa merupakan daerah yang rawan terjadi gempa bumi yang dapat menimbulkan terjadinya tsunami. Wilayah lepas pantai Wonogiri termasuk pada zona seismic gap yang memungkinkan terjadinya gempa yang sangat besar sehingga kemungkinan terjadinya tsunami juga sangat besar. Peristiwa gempa besar yang pernah terjadi adalah gempa yang terjadi pada tahun 1973 dengan magnitude 7,0 – 7,9 pada skala richter. Oleh karena itu, maka perencanaan pembangunan wilayah pesisir harus dilakukan dengan pembangunan berbasis bencana baik dalam bentuk prevensi ataupun mitigasi bencana.
d. Arus Balik (Rip Curent)
Arus balik atau rip current adalah aliran balik terkonsentrasi melewati jalur sempit yang mengalir kuat kea rah laut dari zona empasan melintasi gelombang pecah hingga ada di laut lepas-pantai (Sunarto, 2003). Keterdapatan arus balik dipengaruhi oleh topografi lepas pantai yang umumnya terdapat di perairan pantai dengan tinggi gelombang pecah yang rendah dan di perairan dekat pantai yang mengalami pemencara gelombang akibat refraksi gelombang. Arus balik ini sering terjadi pada tipologi marine deposition coast yang memiliki bentuk teluk sehingga cukup berbahaya bagi wisatawan karena dapat menyeret ke tengah laut.
Gambar 4.4 Proses terjadinya arus balik (rip current) |
e. Jumlah sumberdaya air yang terbatas
Sumberdaya air menjadi faktor yang penting bagi suatu kegiatan ekonomi khususnya pertanian, peternakan bahkan pariwisata. Ketiadaan sumberdaya air atau jumlah yang telalu sedikit menyebabkan kegiatan-kegiatan seperti tersebut di atas tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk dapat memenuhi kebutuhan air untuk menunjang kegiatan-kegiatan di atas.
Ditulis oleh :
Ahmad Cahyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar