Geomorfologi tanah dapat diterapkan secara luas untuk kepentingan pembangunan nasional, khususnya dalam hal pengurangan risiko bencana alam. Apabila pengurangan risiko bencana dapat diintegrasikan di dalam proses pembangunan, kerugian sebagai akibat dari bencana alam yang terus melanda Indonesia dapat dikurangi secara signifikan. "Proses tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi bencana yang memakan biaya sangat besar tentunya dapat dikurangi apabila pembangunan nasional direncanakan secara baik dengan melibatkan proses pengurangan risiko bencana," kata Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc., Rabu (24/11), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Geografi UGM.
Prof. Dr.rer.nat. Junun Sartohadi, M.Sc, Guru Besar Fak. Geografi UGM |
Melalui pidato Geomorfologi Tanah dan Aplikasinya untuk Pengurangan Risiko Bencana, Junun mengatakan pengurangan risiko bencana alam merupakan rangkaian kegiatan panjang yang dimulai dengan identifikasi wilayah rawan bencana dan dilanjutkan dengan analisis risiko dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. "Geomorfologi tanah berperan besar dalam identifikasi wilayah rawan bencana alam ini," tutur pria kelahiran Yogyakarta, 18 November 1967, yang juga Kepala Pusat Studi Bencana UGM ini.
Dikatakannya bahwa geomorfologi tanah dapat diterapkan pada tahapan awal proses penyusunan rencana tata ruang wilayah (spatial planning) dengan memilah antara wilayah rawan bencana dan tidak rawan bencana. Wilayah rawan bencana menjadi wilayah yang dihindari untuk kegiatan pembangunan. "Karenanya, kegiatan pembangunan yang sudah terlanjur menempati wilayah rawan bencana mestinya dapat disusun strategi kesiapsiagaan dan rencana tanggap darurat yang disesuaikan dengan sifat dan karakter kebencanaan yang dimiliki," katanya.
Ditambahkan Junun, pada wilayah bukan rawan bencana, geomorfologi tanah dapat diterapkan untuk menyusun rencana pemanfaatan lahan (landuse planning). Penyusunan rencana pengembangan wilayah ini tentunya tidak hanya berdasar analisis fisikal wilayah, tetapi berdasar pula pada analisis sosial ekonomi budaya dan kondisi politik wilayah tersebut.
Menurut suami Dra. Fran Sayekti, M.B.A., Akt. ini, melalui telaah geomorfologi, berbagai bencana alam yang telah terjadi di masa lampau, saat ini, dan yang akan datang dapat diprediksi. Jika proses-proses geomorfologi pada masa yang akan datang dapat diperkirakan, tentunya dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengelola proses-proses tersebut agar tidak menjadi sebuah bencana alam yang merugikan manusia. "Geomorfologi tanah menjadi salah satu pendekatan efisien dan efektif untuk pengelolaan lingkungan yang di dalamnya mengandung usaha pengurangan risiko bencana sehingga pada akhirnya proses pembangunan dapat berjalan lancar," pungkas ayah Ahmad Priyo Sambodo ini. (Humas UGM/ Agung)
Teks Diadopsi dari http://www.ugm.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar