#EGSAFAIR2013

Sabtu, 07 Agustus 2010

Pemetaan Pola Interface Airtanah Pantai Parangkusumo

Airtanah sebagai air yang tersimpan dan mengalir di dalam akuifer yang berada di bawah permukaan tanah memegang peranan penting bagi kehidupan manusia karena menguntungkan secara kuantitas maupun kualitas. Airtanah mengalir dari topografi yang tinggi ke rendah hingga akhirnya menuju laut. Pertemuan antara airtanah tawar dengan air laut sering disebut interface yang membentuk suatu pola yang khas pada setiap pantai. Cara untuk mengetahui pola interface airtanah dapat dilakukan pemetaan pola interface airtanah dengan metode Ghyben-Herzberg dan sounding Geolistrik.

Pantai Parangkusumo merupakan salah satu objek wisata alam dan wisata budaya di wilayah Kabupaten Bantul. Sebagai objek wisata, konsekuensi yang harus dihadapi yaitu kebutuhan air yang relatif besar terutama airtanah. Pemanfaatan airtanah di wilayah kepesisiran diperbolehkan selama tidak berlebihan karena dapat menyebabkan intrusi air laut. Pemetaan pola interface airtanah di wilayah kepesisiran pantai Parangkusumo ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk mengkalkulasi sejumlah airtanah yang dapat diturap secara aman.


View Penelitian Interface in a larger map

Pola interface airtanah daerah kepesisiran Parangkusumo hasil rekonstruksi menunjukkan kedalaman zona interface berbanding lurus dengan jarak dari garis pantai, begitu juga dengan debit pemompaan maksimum yang diperbolehkan. Kedalaman zona interface airtanah pada gisik pantai sangat dangkal kemudian berangsur-angsur bertambah pada beting gisik dan gumuk pasir hingga kedalaman 260 mdpal pada jarak 450 meter dari garis pantai.

Metodologi penelitian Interface

Akuifer daerah kepesisiran Parangkusumo secara umum merupakan akuifer yang cukup baik dengan material utama pasir sangat halus dengan nilai permeabilitas sebesar 0,0014 cm/dtk.
Intrusi air asin pada akuifer daerah kepesisiran Parangkusumo sepertinya belum terjadi, tampak dari peta Iso-DHL yang menunjukkan pada beberapa sumur yang diduga menurap air dengan sedikit berlebihan (terjadi upconing) memiliki nilai DHL <1500 μmhos/cm. Hal tersebut dikuatkan oleh kondisi sebenarnya dilapangan bahwa sebagian besar sumur masih berupa sumur timba yang debit pemompaannya jauh lebih kecil dari debit pemompaan maksimum yang diperbolehkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar