#EGSAFAIR2013

Minggu, 28 April 2013

Diskusi Tokoh Masyarakat : "Pengembangan Lingkungan Berbasis Pemanfaatan Potensi Lokal"


Sleman (26/4) - Kearifan Lokal saat ini menjadi objek yang diangkat, digaungkan, dan digembar-gemborkan untuk diimplementasikan kembali. kearifan lokal menunjuk bagaimana masyarakat mengelola sumber daya alam di sekitar dalam taraf lokal. Telah banyak tokoh masyarakat  yang  menggali dan menghidupkan kearifan lokal untuk memanfaatkan potensi sekitar guna mengembangkan lingkungan alam dan budaya. Dengan latar belakang ini, divisi PLM menyelenggarakan Diskusi Tokoh Masyarakat dengan tema  "Pengembangan Lingkungan Berbasis Pemanfaatan Potensi Lokal" pada hari Jum'at, 27 April 2013.
Bertempat di Ruang Auditorium B, Fakultas Geografi, UGM, acara dibuka  pukul 15.30 dan dipandu oleh Abdullah Hamid dan Anisa Ayu Fawzia. Sesi pertama disampaikan oleh R Junaedi sebagai Ketua dan Pencetus Bank Sampah Bantul. Diskusi interaktif diawali dengan pemutaran dua film dokumenter oleh divisi PLM terkait aktivitas pengelolaan sampah di bank sampah. Niat tulus Bapak Junaedi  berasal dari panggilan jiwa, melihat banyaknya permasalahan yang muncul karena sampah. Padahal, sampah memiliki potensi emas ketika sudah mengalami pemilahan dan pengelolaan.
Banyaknya hambatan yang muncul ketika bank sampah dicetuskan tahun 1997 tidak mematahkan keinginan beliau untuk terus mensosialisasikan dan mengubah kebiasaan masyarakat agar mau memilah dan mengolah sampah. Meski sempat didemo warga, kesadaran sebagai agen, praktisi, dan kader lingkungan tergugah untuk menjadi motivator, inspirator, dan inovator di tengah masyarakat. Dimulai dari langkah terkecil yaitu memilah sampah, warga digiring pada paradigma baru di mana sampah akan memberi manfaat ketika diolah. Usaha bersama dalam memanfaatkan potensi lokal membawa bank sampah meraih berbagai penghargaan seperti Eagle Award di tahun 2010. Pada tahun 2012, Bapak Juanedi mendapatkan penghargaan Kalpataru sebagai perintis lingkungan.
Sebagai garda terdepan penjaga lingkungan, sudah seharusnya fakultas Geografi menjadi contoh dalam pengelolan sampah terpadu.. Menanggapi kurangnya kesadaran mengelola sampah di Fakultas Geografi, Bapak Junaedi berpesan agar seluruh civitas akademika turut aktif secara kontinu dalam mengolah sampah, minimal memilah sampah sesuai jenisnya.

Para Pembicara dalam Diskusi Tokoh Lingkungan (Foto: Riha)

Sesi kedua disampaikan oleh Ir. Doto Yogantoro selaku Manager Desa Wisata Pentingsari. Di awal diskusi, dua film dokumenter berisi kegiatan masyarakat, kegiatan wisata, dan kearifan lokal Desa Pentingsari diputar. Desa wisata Pentingsari dibentuk atas dasar keinginan memberi kesempatan lebih kepada masyarakat untuk  maju bersama. Bagaimana melihat potensi lokal untuk dikembangkan agar bernilai lebih menjadi kunci utamanya. Awal pembentukan desa ini dilakukan dengan prinsip amati, tiru, dan modifikasi (ATM) dengan desa wisata lainnya. Potensi desa yang asli, lokal, unik, dan, indah (ALUI) dengan budaya yang khas menjadi hal yang ditonjolkan sebagai penciri desa Pentingsari.
Kesulitan sempat menghampiri ketika tujuh bulan pertama belum ada satupun wisatawan yang datang. Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 titik balik di mana 25 ha sawah rusak dan butuh waktu selama  4 bulan untuk membenahi desa yang tidak berbentuk . komitmen bersama menjadi keyakinan warga untuk terus berbenah dan bergerak. Atas usaha ini, Desa Pentingsari mendapatkan citra pesona wisata award dari kementrian pariwisata pada tahun 2011. Di tahun yang sama, Bapak Doto mendapatkan penghargaan Kedaulatan rakyat Award. 
 Pada sesi terakhir yang diisi oleh Bapak Djaka Marwasta selaku Dosen Geografi, dijabarkan nilai-nilai yang dapat diterapkan para mahasiswa ketika terjun untuk mengembangkan lingkungan dan masyarakat. Ketekunan untuk terus berproses, perubahan paradigma pengembangan lingkungan dari  economic value menjadi social responsibility, serta penguatan kepercayaan masyarakat terhadap potensi lokal menjadi kunci pengembangan lingkungan berbasis potensi lokal.
Diskusi berlangsung secara interaktif dengan banyak pertanyaan yang disampaikan peserta, antara lain oleh Etik (GEL’11), Barno (GEL’11), Yoesep(GEL’12), dan Bibah (GEL’12) terkait perintisan bank sampah dan pengelolaan desa pariwisata. Dengan adanya diskusi ini, diharapkan muncul kesadaran dari segenap mahasiswa Geografi sebagai agen lingkungan agar tidak melupakan potensi dan kearifan lokal dalam mengembangkan bentang budaya dan bentang alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar